Blog

TEATRIKAL PUISI kOsen

Selasa, 12 Agustus 2008 - - 0 Comments


Tradisi, yang selalu dipertahankan dalam perjuangan Raden Ajeng Kartini mengangkat derajat perempuan patutlah untuk dijaga dan ditingkatkan. Bukan hanya menjadi buah perbincangan dalam setiap peringatan Hari Kartini.
Melalui pembacaan puisi oleh Arman dan teatrikal puisi yang ditampilkan oleh MyA Cokelat, Sakib, Anda dan Piko yang diiringi petikan gitar bolong oleh Juan, keresahan tentang pembelokan makna emansipasi wanita dipentaskan. Bertempat di Gedung Yayasan Duluo Limo lo Pohala’a (DLP) Universitas Gorontalo, pementasan oleh Komunitas Seni “O” atau kOsen, berlangsung selama empat puluh menit, dimulai pukul 20.00 wita.
Menurut MyA Cokelat, puisinya Kartini…,Kini Kartini yang diteatrikalkan ini bercerita tentang lemahnya pemahaman budaya oleh pengikut perkembangan zaman, yang “tau” tentang kata emansipasi wanita. “Dan dia yang ingin disebut Kartinipun merasa ketinggalan zaman jika tak bersolek dandani tubuhnya ikuti tren, Sedangkan otaknya dibiarkan idiot, merasa cukup hanya dengan tau bahwa baju ketat itu seksi” tuturnya mengutip penggalan puisi yang dibawakan kOsen pada 22 April 2008 lalu.
Sakib, selaku koordinator kOsen juga menuturkan bahwa konsep susunan pementasan ini dibuka dengan sebuah puisi, kemudian teatrikal puisi lalu ditutup kembali dengan puisi. Surat Untuk Kartini dan Perempuan-Perempuan, berturut-turut adalah puisi yang dibacakan pada pementasan itu.
(MyA Cokelat, Gorontalo)

This entry was posted on 08.38 and is filed under REPORTASE . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: